Jumat, 17 Februari 2012



Sejarah Coklat

Para ahli botani menyetujui bahwa pohon coklat atau kakao (Theobroma cacao) sudah tumbuh di daerah Amazon dan lembah Orinoko di Amerika Selatan sejak ribuan tahun yang lalu. Bangsa Maya yang pertama kali mengolah pohon coklat. Kebiasaan ini juga dibawa ketika mereka pindah ke dataran Yukatan. Bangsa Aztek kemudian memperkenalkan coklat yang pahit sebagai minuman. Biji coklat dicampur dengan jagung ataupun anggur yang telah difermentasi lalu disajikan pada cangkir yang terbuat dari emas. Kaisar Aztek yang bernama Montezuma memiliki kebiasaan minum coklat lebih dari 50 cangkir coklat per hari.
Penjajah asal Spanyol yang bernama Hernán Cortés (1485-1547) saat menjajah wilayah tersebut pada awalnya tertarik pada cangkir emas dibanding isinya yaitu minuman coklat. Namun dia juga mengamati bahwa bagi Bangsa Aztec, kakao atau biji coklat juga digunakan sebagai uang. Karena itu, ia segera mendirikan beberapa perkebunan coklat. Perkebunan yang disebut sebagai "emas berwarna coklat" ini berkembang dan hasilnya digemari, sehingga Spanyol mengendalikan perdagangan coklat pada abad ke-18. Kemudian coklat diperkenalkan ke daratan Eropa dan dijadikan bahan campuran kue.
Pada pertengahan abad ke-19, Swiss memulai mengembangkan dan memasarkan coklat sebagai makanan ringan. Sehingga coklat yang tadinya hanya sebagai minuman kemudian berkembang menjadi makanan ringan yang dapat mencair di lidah. Swiss juga menjadi terkenal sebagai negara penghasil coklat terbaik.
Kemudian para pengusaha yang cerdas seperti Hershey, Kohler, Lindt, Nestlé, Peter, Suchard, dan Tobler —nama mereka menjadi merk coklat ternama saat ini— membuat kontribusi yang besar untuk industri coklat. Mereka menemukan mesin pengolahan coklat yang lebih efisien maupun menemukan metode pengolahan coklat yang lebih baik.



Manfaat Coklat untuk Kesehatan

Coklat dengan kandungan kakao (biji coklat) lebih dari 70% juga memiliki manfaat untuk kesehatan, karena coklat kaya akan kandungan antioksidan yaitu fenol dan flavonoid. Dengan adanya antioksidan, akan mampu untuk menangkap radikal bebas dalam tubuh. Besarnya kandungan antioksidan ini bahkan 3 kali lebih banyak dari teh hijau, minuman yang selama ini sering dianggap sebagai sumber antioksidan.
Dengan adanya antioksidan, membuat coklat menjadi salah satu minuman kesehatan. Fenol, sebagai antioksidan mampu mengurangi kolesterol pada darah sehingga dapat mengurangi risiko terkena serangan jantung juga berguna untuk mencegah timbulnya kanker dalam tubuh, mencegah terjadinya stroke dan darah tinggi. Selain itu kandungan lemak pada coklat kualitas tinggi terbukti bebas kolesterol dan tidak menyumbat pembuluh darah.
Coklat juga mengandung beberapa vitamin yang berguna bagi tubuh seperti vitamin A, vitamin B1, vitamin C, vitamin D, dan vitamin E. Selain itu, coklat juga mengandung zat maupun nutrisi yang penting untuk tubuh seperti zat besi, kalium dan kalsium. Kakao sendiri merupakan sumber magnesium alami tertinggi. Jika seseorang kekurangan magnesium, dapat menyebabkan hipertensi, penyakit jantung, diabetes, sakit persendian dan masalah bulanan wanita yaitu pra menstruasi (PMS). Dengan makan coklat akan menambah magnesium dalam asupan gizi harian yang menyebabkan meningkatnya kadar progesteron pada wanita. Hal ini mengurangi efek negatif dari PMS.



Coklat untuk Kecantikan

Manfaat lain dari coklat adalah untuk kecantikan, karena antioksidan dan katekin yang ada di dalamnya dapat mencegah penuaan dini, maka tidak heran bila saat ini berkembang lulur coklat yang sangat baik untuk kecantikan kulit.




Hati-hati Makan Sembarang Coklat

Kesalahan yang sering dilakukan pada saat memilih coklat adalah memilih coklat "bermerk" yang murah atau sangat murah. Coklat demikian memiliki kandungan kakao (biji coklat) sedikit yaitu rata-rata kurang dari 20%, bahkan ada yang kurang dari 7%. Coklat jenis ini juga memiliki kandungan gula yang tinggi, kandungan lemak jenuh tinggi dan keburukan lainnya seperti minyak sayur terhidrogenasi (HVO) sehingga mengakibatkan kerusakan gigi dan gangguan kesehatan seperti penyakit diabetes.
Produk coklat lainnya yang juga berbahaya dan buruk untuk kesehatan khususnya yang berupa fondant (biasanya digunakan untuk mendekorasi kue) dan praline. Fondant sebenarnya mengandung 100% pemanis dan praline juga sama buruknya.
Sebisa mungkin pilihlah coklat dengan kandungan gula sedikit agar Anda dapat menikmati manfaat besar yang dimiliki coklat. Anda akan merasakan manfaat jika Anda mengkonsumsi cokelat dengan kandungan kakao atau biji coklat yang tinggi.



 

Hati-hati Makan Sembarang Coklat

Kesalahan yang sering dilakukan pada saat memilih coklat adalah memilih coklat "bermerk" yang murah atau sangat murah. Coklat demikian memiliki kandungan kakao (biji coklat) sedikit yaitu rata-rata kurang dari 20%, bahkan ada yang kurang dari 7%. Coklat jenis ini juga memiliki kandungan gula yang tinggi, kandungan lemak jenuh tinggi dan keburukan lainnya seperti minyak sayur terhidrogenasi (HVO) sehingga mengakibatkan kerusakan gigi dan gangguan kesehatan seperti penyakit diabetes.
Produk coklat lainnya yang juga berbahaya dan buruk untuk kesehatan khususnya yang berupa fondant (biasanya digunakan untuk mendekorasi kue) dan praline. Fondant sebenarnya mengandung 100% pemanis dan praline juga sama buruknya.
Sebisa mungkin pilihlah coklat dengan kandungan gula sedikit agar Anda dapat menikmati manfaat besar yang dimiliki coklat. Anda akan merasakan manfaat jika Anda mengkonsumsi cokelat dengan kandungan kakao atau biji coklat yang tinggi. Selamat menikmati coklat Anda!





  





 

"Lemak Coklat" Bisa Melangsingkan



Penelitian terbaru menunjukkan, sejenis lemak baik yang disebut brown fat mungkin dapat dijadikan salah satu solusi memerangi obesitas di masa depan.
Menurut hasil riset terbaru, lemak coklat ini bekerja lebih aktif pada anak-anak bertubuh ramping. Pada anak-anak dengan indeks masa tubuh (body mass index/BMI) yang tinggi, kadar lemak coklat relatif lebih sedikit.
Brown fat merupakan salah satu jenis jaringan lemak yang dapat membakar kalori untuk menghasilkan panas. Menurut Dr Aarun Cypess, peneliti dari Joslin Diabetes Center, Boston AS, ditemukannya cara aman untuk meningkatkan aktivitas jenis lemak ini mungkin dapat menjadi salah satu cara memerangi obesitas.
"Meningkatkan jumlah lemak coklat pada anak-anak mungkin menjadi pendekatan efektif untuk memerangi meningkatnya obesitas dan diabetes pada anak-anak," kata Cypess.
Awalnya, lemak coklat diketahui hanya ditemukan pada bayi dan anak-anak. Tetapi, studi lain yang dilakukan oleh peneliti yang sama menunjukkan bahwa lemak coklat juga aktif secara metabolik pada orang dewasa.
Lemak coklat ditemukan antara 3 hingga 7,5 persen pada orang dewasa, di mana kadar yang lebih tinggi terdapat pada perempuan. Lemak coklat akan meningkat pada usia pubertas dan setelah itu akan mengalami penurunan, kata para peneliti.
Penelitian terbaru melibatkan 172 anak-anak yang berusia antara 5 dan 21 tahun. Mereka menggunakan positron emission tomography (PET) scan untuk mengukur jumlah dan aktivitas lemak pada anak.
Hasilnya, ditemukan lemak coklat terdeteksi sebanyak 44 persen ada pada anak-anak dengan jumlah yang hampir sama baik untuk anak perempuan dan laki-laki. Anak usia 13-15 tahun memiliki persentase dan aktivitas lemak coklat paling tinggi.
Tetapi, di samping itu ada hubungan terbalik antara BMI dan aktivitas lemak coklat, yang berarti bahwa anak-anak dengan badan lebih ramping (tidak gemuk) aktivitas lemak coklat jauh lebih tinggi. Untuk orang dewasa, lemak coklat akan lebih aktif dalam cuaca dingin, tetapi pada anak-anak, suhu di luar ruangan tidak berpengaruh pada aktivitas lemak coklat.



Lalat Coklat Mengubah Lebah Madu Jadi ZombieBerita Aneh : Lalat Coklat Mengubah Lebah Madu Jadi Zombie - Para ilmuwan Amerika telah memecahkan misteri di balik perilaku lebah madu yang menyerupai zombie sebelum mati. Perilaku tersebut dan kematiannya kini dikaitkan dengan menurunnya koloni lebah madu di Amerika Serikat sejak tahun 2006 yang mengancam produksi tanaman, demikian dilansir dari International Business Time, Kamis (5/1).

Profesor Biologi dari Universitas San fransisco John Hafernik memaparkan studinya dalam jurnal ilmiah PLoS ONE minggu ini bahwa lalat coklat berparasit dengan lebah madu. Lalat ini menggunakan tubuh lebah sebagai makanan yang untuk larvanya, mirip dengan monster dalam film Amerika Serikat “Alien”.

Larva Lalat Hijau
Menurut studi, lalat Apocephalus borealis meletakkan telurnya pada lebah madu sampai pada waktu yang masih belum diketahui. Parasit tersebut berkembang di dalam lebah dan menyebabkan perilaku yang tak biasa pada lebah seperti meninggalkan sarangnya pada malam hari bukan siang hari, mengerumuni cahaya dan berputar-putar dengan lambat. Kemudian lebah tersebut akhirnya mati dan larva lalat akan keluar dari antara kepala dan perut serangga tersebut.

Hafernik secara tidak sengaja menemukan bahwa parasit menyebabkan perilaku zombie pada lebah setelah melihat kepompong lalat di dalam botol kecilnya, tempat ia meletakkan koleksi lebahnya. Ia berencana untuk memberi makan lebah-lebah tersebut untuk belalang tetapi melupakan botol kecil yang ditinggalkannya selama kurang lebih seminggu setelah ia tinggalkan di lacinya.

Hafernik dan siswa-siswanya melakukan investigasi lebih jauh mengenai fenomena tahun lalu. Mereka mengonfirmasi bahwa parasitlah yang telah membunuh lebah-lebah tersebut.

Andrew Core, pemimpin studi, menunjukkan perilaku lebah-lebah yang terinfeksi dalam eksperimennya di laboratorium. Serangga-serangga tersebut duduk, meringkuk, merenggangkan kaki, bergerak lambat tanpa arah, dan terjatuh seperti layaknya zombie. Para ahli juga mengetahui bahwa lebah-lebah yang meninggalkan sarangnya pada malam hari kemungkinan besar telah terinfeksi oleh lalat. Dan ketika mereka terinfeksi, mereka akan meninggalkan sarangnya untuk mengerumuni cahaya.

Selanjutnya Hafernik dan timnya akan mengivestigasi di mana lalat menginfeksi lebah-lebah madu tersebut. Serta apakah lebah madu yang tidak terinfeksi mengusir lebah yang terinfeksi keluar dari sarang. Penelitian ini akan dilakukan dengan menempelkan tag radio kecil pada lebah dan lewat pantauan video.

“Kami beranggapan bahwa hal ini terjadi ketika lebah-lebah tersebut keluar mencari makan, karena kami tidak melihat ada lalat berterbangan di sekitar sarang lebah. Tetapi masih menjadi misteri kapan tepatnya hal itu terjadi,” tutur Hafernik.

Para ilmuwan berharap akan menemukan cara untuk mencegah infeksi pada lebah-lebah. Serta mencegah gagal panen yang bergantung pada penyerbukan lebah. (Oleh: Patrisya Sharen. Sumber: International Bussines Time).